[MATERI] Teknologi Pengolahan Susu Kental Manis dalam Industri




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Susu merupakan produk peternakan yang mudah tercemar dan mudah rusak, walaupun secara alami susu segar mempunyai sifat bakteriostatik, namun demikian kemampuan bakteriostatik ini terbatas pada tingkat kontaminasi bakteri ke dalam susu tersebut. Apabila jumlah kontaminasi bakteri sangat tinggi, maka susu akan cepat rusak. Kualitas susu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pada suhu yang rendah dan sanitasi yang baik sifat bakteriostatik susu dapat tahan sampai 24 jam. Kontaminasi bakteri pada susu dapat terjadi saat pemerahan, penanganan atau pengolahan pasca panen dan pemasaran.
Tingginya kebutuhan harian akan pangan dari sereal dan protein terutama susu mendorong kemajuan teknologi untuk pengolahan produk susu dan sereal agar tahan lama dan mudah didistribusikan keseluruh lapisan masyarakat tanpa mengalami pengurangan nilai gizinya. Hal ini karena produk susu mudah rusak oleh kerja mikroorganisme, distribusi, suhu dan daya simpan yang pendek. Sedangkan produk sereal biasanya mengalami pengurangan nilai gizi selama proses pengolahan sehingga sebagai bahan makanan balita kurang memenuhi nilai gizinya.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana proses mekanisme dan blok diagram pengolahan susu kental manis?
  2. Bagaimana blok diagram dan apa saja instrumentasi yang dibutuhkan dalam proses pengolahan susu kental manis?
  3. Bagaimana diagram alir pengolah susu kental manis?
1.3  Tujuan
  1. Mengetahui proses mekanisme pengolahan susu kental manis?
  2. Mengetahui blok diagram dan instrumentasi yang dibutuhkan dalam proses pengolahan susu kental manis?
  3. Mengetahui diagram alir pengolah susu kental manis?

BAB II
ISI

2.1  Proses Mekanisme Pengolahan Susu Kental Manis
            2.1.1        Penerimaan Susu Segar
Tahap pertama adalah penerimaan susu segar dari beberapa KUD. Sebelum digunakan sebagai bahan dasar pembuatan susu kental manis terlebih dahulu diadakan pemeriksaan di laboratorium QA. Kemudian susu ditampung dalam Fresh Milk Tank (FMT) atau silo susu segar melalui balance tank untuk menyeimbangkan aliran dan mengukur volumenya. Susu yang masuk melalui pipa pemasukan akan mengangkat pelampung yang ada di dalam balance tank. Pelampung tersebut berfungsi untuk menjaga permukaan air susu dalam tangki tetap konstan. Setelah penuh, katup secara otomatis akan menutup pipa pemasukan dan proses pengisian berhenti. Sebelum masuk ke balance tank susu akan melewati air elimination vessel yang berfungsi untuk melepaskan udara (O2) dari dalam susu sehingga didapatkan volume susu yang lebih akurat. Dengan kondisi tanpa O2 bakteri aerob tidak dapat berkembang biak.
Sebelum susu segar ditampung di dalam silo, setelah dari balance tank susu segar terlebih dahulu di saring dengan duplek filter agar benda-benda asing yang mungkin terdapat dalam susu segar dapat tertahan dalam filter. Setelah susu segar benar-benar bersih dari benda asing, susu segar didinginkan melewati plate cooler.
            2.1.2        Pendinginan
            Susu yang telah disaring masuk plate cooler berupa Plate Heat Exchanger (PHE) pada suhu maksimal 14o C untuk didinginkan hingga mencapai suhu 4o C menggunakan media air dingin bersuhu 2o C. Susu dialirkan ke plate-plate dengan arah yang berlawanan dengan media pendingin. Dalam suhu rendah mikroba akan menjadi nonaktif, reaksi enzimatis terhambat serta reaksi kimia yang menyebabkan kerusakan dapat dicegah. Susu kemudian dialirkan ke dalam Fresh Milk Tank (FMT). Tangki ini dilengkapi pengaduk untuk menjaga susu tetap homogen, mencegah terbentuknya cream dan dilapisi dengan whole glass untuk menjaga suhu susu tetap 4o C.
            2.1.3        Pasteurisasi
            Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh semua mikrobia pathogen yang dapat merusak susu sehingga cita rasa dan komposisi susu dapat dipertahankan serta susu aman dikonsumsi. Susu segar dari FMT dipompa ke balance tank kemudian dialirkan menuju unit pasteurisasi berupa Plate Heat Exchanger (PHE). Pasteurisasi dilakukan secara kontinyu menggunakan suhu tinggi dalam jangka waktu yang singkat atau disebut sistem HTST (High Temperature Short Time).
            Plate Heat Exchanger (PHE) untuk pasteurisasi terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian regenerasi, pasteurisasi dan pendinginan. Susu dialirkan ke bagian regenerasi untuk mengalami pemanasan awal menggunakan medium pemanas yakni susu yang telah mengalami pasteurisasi bersuhu 60o C. Susu kemudian dialirkan kebagian pasteurisasi untuk mengalami pemanasan lebih lanjut sampai mencapai suhu 83o C dengan medium pemanas steam bersuhu 110o C. Susu lalu masuk holding tube untuk ditahan suhunya selama 15 detik. Setelah itu susu didinginkan dengan melewati bagian regenerasi terlebih dahulu sehingga terjadi kontak tidak langsung karena dibatasi oleh plat.
            Pendinginan kemudian dilakukan dibagian pendingin sampai suhu mencapai 4o C. Pendinginan bertujuan untuk shocking bacteria, yakni mematikan bakteri yang tahan terhadap suhu pasteurisasi. Susu yang telah dipasteurisasi dengan sempurna ditampung dalam Pasteurized Milk Silo. Selanjutnya susu dialirkan ke unit compounding.
            2.1.4        Compounding (Pencampuran Basah)
Compounding merupakan proses pencampuran, pendispersian, dan pelarutan komponen padat (bubuk) dan cair untuk memperoleh campuran yang homogen sebelum dilakukan proses pengeringan.
Unit compounding terdiri dari alucon tipper, eductor serta compounding tank. Alucon tipper digunakan untuk menuang komponen bubuk yang akan dicampur di dalam eductor. Eductor dilengkapi dengan mixer berkecepatan tinggi untuk menghomogenkan campuran. Pencampuran dilakukan dengan cara diaduk selama 15-20 menit untuk mendapatkan hasil yang benar-benar homogen. Pencampuran semua komponen utama dan komponen bubuk dilakukan di compounding tank. Proses pencampuran berlangsung pada suhu 60-70o C.
Sebelum masuk proses compounding, ada beberapa perlakuan pendahuluan yang harus dilakukan. Susu dipanaskan dalam plate heater yang berupa PHE sampai suhunya mencapai 65o C menggunakan medium steam bersuhu 125o C. Air dipanaskan sampai suhunya mencapai 70o C. Pemanasan dilakukan dengan air panas yang bersirkulasi selama 30 menit melalui dinding luar tangki hingga suhunya mencapai 60o C. Pemanasan dilakukan dalam Fat Day Tank (FDT). Setelah proses compounding selesai, campuran disaring melalui duplex filter lalu dipompa menuju ke balance tank.
            2.1.5        Sterilisasi
Tujuan utama dari proses sterilisasi adalah menurunkan jumlah total sel mikrobia dan spora agar susu dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa pendinginan. Sterilisasi dilakukan menggunakan sistem Ultra High Temperature (UHT) dengan cara menyemprotkan atau menginjeksikan steam (Direct Steam Injection atau DSI) ke dalam campuran susu yang bergerak dalam suatu tabung sterilisasi.
Proses DSI terdiri dari 2 tahap, yaitu DSI I susu dipanaskan pada suhu 85o C selama 4 detik kemudian dilanjutkan dengan DSI II susu dipanaskan pada suhu 120o C selama 1 detik. Sterilisasi dilakukan dua tahap untuk mencegah denaturasi dan menghindari terjadinya browning. Proses pendinginan penguapan dilakukan secara cepat dengan mengalirkan susu panas ke dalam flash vessel dengan suhu 12-15o C. Flash vessel menggunakan sistem vacuum yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlah air yang diuapkan sama dengan besarnya air pengenceran pada saat uap diinjeksikan, artinya tidak terjadi perubahan total solid pada bahan. Karena tekanan pada flash vessel rendah cairan akan menguap dengan cepat. Proses penguapan ini menyerap energi dari cairan sehingga suhu cairan turun menjadi 60o C. Uap air dibuang ke kondensator yang terletak di bagian atas flash vessel sedangkan cairan masuk ke homogenizer melalui duplex filter terlebih dahulu untuk disaring.
            2.1.6        Homogenisasi
Homogenisasi adalah suatu perlakuan untuk menyeragamkan ukuran globula lemak yang semula bervariasi dari 4-8 mikron menjadi ± 2 mikron. Tujuannya untuk menghindari pemisahan lemak dan terbentuknya lapisan cream (creaming) bila susu didiamkan.
Prinsip kerja homogenizer adalah dengan mengalirkan susu melalui celah yang sempit dengan kecepatan tinggi dan tekanan yang besar sehingga terjadi tumbukan antara globula lemak dengan katup penghalang dalam homogenizer yang menyebabkan globula-globula lemak pecah. Tenaga hidrodinamik dari pemotongan, kavitasi dan turbulensi yang terjadi dalam katup homogenisasi diduga bertanggung jawab terhadap proses terjadinya pemecahan globula lemak.
Proses homogenisasi dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama digunakan tekanan 1500 psia dan pada tahap kedua digunakan tekanan 500 psia. Tahap kedua dimaksudkan untuk memecah globula lemak yang belum pecah pada tahap pertama serta untuk mencegah penggabungan kembali globula lemak hasil pemecahan pada tahap pertama. Susu yang masuk dalam homogenizer mempunyai suhu 60o C.
Pendinginan dilakukan dua tahap menggunakan alat Spiro Flow Preheater cooler. Tahap pertama mencapai suhu 38o C dan tahap kedua mencapai suhu 8o C. Media pendingin pada tahap pertama adalah cooled water sedangkan media pendingin untuk tahap kedua adalah chilled water. Dari Spiro Flow Preheater cooler, susu kemudian ditampung di Mixed Storage Tank (MST). Tangki ini dilengkapi dengan mantel berisi air dingin untuk menjaga kestabilan suhu campuran serta dilengkapi pengaduk berkecepatan 400 rpm untuk menghomogenkan campuran selama dalam penyimpanan.
            2.1.7        Evaporasi
Evaporasi merupakan proses penguapan sebagian air yang terdapat dalam susu untuk memperoleh susu pekat dengan kadar padatan sesuai dengan yang dikehendaki. Campuran susu dari MST dievaporasi menggunakan Single Effect Evaporator tipe falling film. Susu mengalir dari atas ke bawah pada bagian dalam tabung evaporator dan membentuk lapisan tipis yang mudah menguap oleh panas dari uap yang berada di sekeliling luar tabung.
Evaporasi dilakukan dalam satu tahap yang terdiri dari tiga fase sehingga prosesnya lebih efisien. Campuran dari MST bersuhu 8o C masuk ke balance tank yang berfungsi untuk menjaga umpan masuk cairan pada proses evaporasi tetap konstan. Cairan lalu dipompa ke preheater pertama untuk dinaikkan suhunya menjadi 30o C lalu masuk preheater kedua dan suhunya naik lagi mencapai 60o C.. Preheater pertama menggunakan panas dari uap yang diperoleh dari vapour separator, sedangkan preheater kedua menggunakan panas dari uap yang keluar dari bagian atas calandria. Kondensat yang keluar dari preheater ditampung di tabung kondensat. Dari preheater kedua campuran lalu dibawa masuk ke calandria evaporator dimana campuran dilewatkan dalam tabung panas pada suhu 60-70o C. Untuk menghemat penggunaan steam pada proses evaporasi, steam dicampur dengan uap panas yang berasal dari TVR (Thermo Vapour Recompression). Campuran steam masuk kebagian luar tabung, sementara cairan susu berada di bagian dalam tabung. Karena suhu steam lebih tinggi daripada suhu cairan maka steam akan mengembun di bagian luar tabung dan melepaskan energi. Energi ini yang dipakai untuk menguapkan cairan susu di bagian dalam.
Uap air yang dihasilkan akan masuk ke vapour separator dan dipisahkan dari droplet susu yang terbawa bersamanya dengan gaya sentrifugal. Sebagian uap air masuk ke TVR dan sebagian lagi masuk ke kondenser. Di kondenser uap akan terkondensasi menjadi cairan yang akan ditampung di tabung kondensat. Kondenser ini juga berfungsi untuk menghasilkan kondisi vakum dengan cara membuang uap air hasil penguapan di calandria. Kondisi operasi dibuat vakum untuk memperoleh suhu penguapan air yang cukup rendah (± 60o C) sehingga kerusakan nutrisi dapat dikurangi.
Evaporator dilengkapi dengan densitymeter untuk mengukur densitas susu yang dikentalkan sehingga apabila kadar total solid yang dikehendaki tidak terpenuhi, maka secara otomatis cairan akan disirkulasi ke balance tank untuk diproses kembali. Bila kadar total solid telah memenuhi persyaratan, maka cairan dipompa menuju concentrate tank melalui duplex filter untuk disaring terlebih dahulu. Penyimpanan pada concentrate tank disertai dengan proses pengadukan pada kecepatan 400 rpm untuk mencegah pengendapan dan pemisahan partikel susu.
2.2  Blok Diagram Sistem Kontrol
Gambar 2.1 Blok Diagram Sistem Kontrol
Blok diagram sistem kontrol proses pengolahan susu kental manis secara garis besar dapat digambarakan seperti pada Gambar 2.1. Dengan diawali oleh pengaturan nilai set point yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi, kemudian data set point diolah dalam controller untuk mengatur kerja aktuator sebagai penggerak valve/agitator/motor/conveyor. Transmitter berperan sebagai penerima data tekanan fluida dan mengirimkan sinyal pada controller untuk dibandingkan nilai PV terhadap nilai set pointnya. Sehingga kerja aktuator dipengaruhi oleh perbandingan set point dan PV.

2.3  Instrumentasi Pengolah Susu Kental Manis
            2.3.1        Penerimaan Susu Segar
Gambar 2.2 Skema sistem dalam penerimaan susu segar
(sumber: www.jumo.se)
a.      Balance Tank
Fungsi : menjaga kontinuitas aliran susu segar dan mengukur (menimbang) volume cairan yang lewat.
Pelengkap:
a)      Sensor level berupa pelampung untuk mengontrol permukaan cairan dalam tangki agar tetap seimbang, atau bisa menggunakan pressure transmitter yang nantinya dapat mengonversi menjadi nilai level.
b)      Sensor Suhu RTD untuk menjaga suhu susu dalam tangki
c)      Flow meter untuk mengukur volume susu segar dari tangki penyetor dan mengukur laju aliran susu ke plant selanjutnya.
d)     Kontroler untuk mengontrol suhu serta tekanan susu dalam tangki agar berada pada nilai yang diinginkan
e)      Indikator berfungsi untuk melihat informasi suhu, ketinggian, tekanan dalam tangki serta parameter-parameter lainnya.
            2.3.2        Pendingin
a.      Plate Cooler
Fungsi : mendinginkan susu segar sampai suhu 2-4o C
Pelengkap: Sensor temperature RTD dengan range -50 hingga +250oC
b.      Fresh Milk Tank
Fungsi: tempat penyimpanan susu segar
Pelengkap: Sensor temperature RTD dengan range -50 hingga +250oC
            2.3.3        Pasteurisasi
Gambar 2.3 Skema sistem dalam penerimaan susu segar
(sumber: www.jumo.se)
a.      PHE Pasterized
Fungsi : membunuh bakteri pathogen yang terdapat di dalam susu dengan pemanasan pada suhu 80o C selama 5 detik
Pelengkap:
a)      Sensor temperature RTD
b)      Transmitter tekanan
c)      Kontroler
d)     Rekorder

b.      Pasteurized Milk Silo
Fungsi : menampung atau menyimpan susu hasil pasteurisasi maksimal 92 jam.
Pelengkap: Aktuator berupa agitator (pengaduk)
            2.3.4        Compounding
a.      Plate Heater
Fungsi : memanaskan susu yang akan dicampur (dicompounding)
Pelengkap: Sensor suhu, aktuator agitator
b.      Compounding Tank
Fungsi : mencampur susu kental dengan material lain
Pelengkap : aktuator agitator tipe propeller yang mempunyai kecepatan 40 rpm
            2.3.5        Sterilisasi
a.      Sterilizer
Fungsi : untuk menaikkan suhu campuran dari 60o C menjadi 120o C dengan menggunakan uap panas secara langsung.
Pelengkap: Sensor suhu
b.      Flash Vessel
Fungsi : tempat menguapkan kelebihan uap air pada susu sterilisasi
            2.3.6        Homogenisasi
Gambar 2.2 Skema sistem dalam penerimaan susu segar
(sumber: www.jumo.se)
a.      Homogenizer
Fungsi : memecahkan dan menyeragamkan globula lemak hingga berukuran ± 2 mikron
Pelengkap:
a)      Sensor tekanan/transmitter tekanan untuk menjaga tekanan pada tahap pertama 1500 psi dan pada tahap dua 500 psi
b)      Membrane pressure separator
c)      Multi-channel process and program controller
d)     Recorder
b.      Mixed Storage Tank
Fungsi : menampung susu homogenisasi sebelum masuk pengering
Pelengkap : aktuator agitator tipe propeller dengan kecepatan 40 rpm
            2.3.7        Evaporasi
a.      Preheater
Fungsi : menaikkan suhu susu dengan pemanasan awal hingga 70o C
Pelengkap: Sensor suhu
b.      Evaporator
Fungsi : memekatkan susu dengan cara menguapkan air yang terkandung dalam susu sehingga menaikkan total solid susu dari 42 % menjadi 50 %
Pelengkap :
a)      TVR (Thermo Vapour Recompression) untuk mensuplai steam.
b)      Condensor untuk mengembunkan uap air dari calandria dan membuat kondisi vakum saat operasi.
c)      Densitymeter untuk mengukur densitas susu yang dievaporasi.
c.       Concentrate Tank
Fungsi : merupakan tempat penampungan sementara konsentrat hasil evaporasi sebelum mengalami proses lebih lanjut
Pelengkap: aktuator agtitator
            2.3.8        Instrumentasi Pengemasan Susu
            Aktuator:
            a)      Motor 0.5 HP; 400/400 volt digunakan pada weight hopper
b)      Motor 2 HP; 1450 rpm; 230/380 volt; 16 A digunakan pada filling machine untuk mensterilkan kaleng dan mengisikan susu ke dalam kaleng
c)      Motor 4 HP; 1450 rpm; 380 volt; 16 A digunakan pada Closing and Gasing Machine untuk menutup kaleng serta memasukkan gas Nitrogen dalam kaleng.
            2.3.9        Instrumentasi Pengujian Kualitas
a)      Laktodensimeter
Fungsi : Mengukur berat jenis susu.
b)      Milkoscan Minor
Fungsi : Mengetahui kadar lemak, Total solid, FPD, SNF, Kadar protein dan Laktosa.
c)      pH Meter
Fungsi : Mengukur nilai pH susu
d)     Buret (Penetapan acidity) Fungsi : Menitrasi susu dengan NaOH yang sudah ditetesi indikator pp untuk mengetahui kadar asam laktat.

Tabel 1. Sistem Instrumentasi Pengolahan Susu Kental Manis
Sistem Instrumentasi
Jenis



Sensor dan Transduser
Sensor suhu RTD (Pt100)
Sensor Level
Flow meter
Sensor tekanan (pressure transmitter)
Density meter
pH meter
Laktodensi meter

Aktuator
Agitator (Pengaduk)
Motor 0,5 HP; 2 HP; 4HP
Valve, Pompa
Conveyor
Kontroler
PID / PLC / DCS
Indikator
Komputer
Recorder






Plant
Balance Tank
Plate Cooler
Fresh Milk Tank
PHE Pasterized
Pasteurized Milk Silo
Plate Heater
Compounding Tank
Sterilizer
Flash Vessel
Homogenizer
Mixed Storage Tank
Preheater
Evaporator
Concentrate Tank

2.4 Diagram Alir Pengolahan Susu Kental Manis  




               
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pengolahan susu kental manis terdapat beberapa tahapan. Tiap tahapan memiliki sistem instrumentasi berbeda yang terdiri dari sensor/transduser/transmitter, kontroler, plant serta aktuator. Sensor/transduser berfungsi untuk mendeteksi besaran fisis yang kemudian diubah menjadi besaran elektrik. Pressure transmitter adalah suatu alat ukur elektronik yang berfungsi untuk mengukur tekanan suatu medium baik berupa liquid ataupun gas, dimana alat ini terdiri atas dua bagian yaitu blok sensor dan transmitter. Sensor tersebut merupakan satu kesatuan dari transmitter yang bekerja berdasarkan perubahan tekanan dan transmitter mentransmisikan menjadi sinyal listrik 4 - 20 mA.
Kontroler merupakan subsistem yang dimasukkan kedalam sistem dan berfungsi untuk memanipulasi model matematis dari plant. Plant merupakan onjek yang dikontrol. Sedangkan aktuator merupakan penggerak plant.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.jumo.se (diakses 10 Juni 2017)

You Might Also Like

6 komentar

  1. mantap, ijin copas ya gan. but essay kuliah :)

    ReplyDelete
  2. apakah tidak ada proses penambahan sukrosa / gula ?

    ReplyDelete
  3. Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller Boiler evapko STP wwtp dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com terima kasih

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete